Medan, (Analisa). Seminar tentang Danau Toba sudah seringkali dilakukan, tetapi tetap saja danau terbesar di Asia Tenggara ini mengalami degradasi kualitas ekosistem dan kurang mendapat perhatian dari pemerintah.
“Akibatnya, mutu lingkungan kian rendah, penegakan hokum tida berjalan, dan kesejahteraan bagi masyarakat di sekitarnya tidak meningkat,” kata Ketua Center for Regional Development Analysis (CEDRA) Medan, Ir Ronald Naibaho, dalam seminar pelestarian Danau Toba yang dilangsungkan di Hotel Garuda Plaza, Medan, Senin (25/11).
Seminar ini dibuka secara resmi oleh Siti Bayu Nasution dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumatera Utara (Sumut). Tampil sebagai pembicara adalah Fauzi Ibsa Tarigan MSi (BLH Sumut), R Turnip SH (Biro Keuangan Pemprovsu), Prof Dr Bungaran Antonius Simajuntak (budayawan), Mangaliat Simarmata dan Ronald Naibaho sendiri.
Seminar ini secara berani mengungkap berbagai masalah yang menyebabkan kerusakan ekosistem Danau Toba. Ronald Naibaho menyebutkan, berbagai kegiatan ekonomi di seputaran danau ini telah menyumbangkan berbagai limbah yang pada akhirnya merusaka ekosistem Danau Toba.
Mengutip data BLH Sumut, disebutkannya, daerah danau yang paling minim aktivitas yaitu tengah Tao Silalahi dan Lintong. Pada 2011, daerah ini masih tercemar ringan. Namun, pada 2012, daerah ini telah tercemar sedang. “Ini menunjukkan secara umum bahwa kerusakan kualitas air Danau Toba telah terjadi menyeluruh,” ingatnya.
Tindakan tegas
Berbagai kebijakan telah dikeluarkan pemerintah pusat dan Pemprovsu untuk perbaikan ekosistem Danau Toba. Misalnya, sebagai kawasan strageti nasional (KSN) melalui peraturan pemerintah (PP) No 26/2008, dan Pergubsu No 1/2009 tentang Penetapan baku Mutu Air Danau Toba.
Ke depan, untuk pelestarian Danau Toba, diperlukan tindakan tegas, terukur dan massif. Namun, tidak adanya tindakan tegas aparat pemerintahan dan minimnya pengawasan masyarakat telah menyebabkan percepatan perusakan ekosistem danau.
“Perusakan Hutan Tele dan pertambahan keramba apung yang saat dapat terjadi secara bebas, setidaknya perlu dikaji ulang oleh pemerintah agar kerusakan tidak semakin parah,” ujarnya.
Diakui, imbauan ini sekilas tidak akan memberikan faedah apapun. Tetapi, perlu semangat baru dan kerja berkelanjutan dari semua pihak untuk selalu mengingatkan masyarakat dan pemerintah bahwa Danau Toba harus dijaga kelestariannya untuk diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Sebelumnya, dalam sambutannya saat membuka seminar ini, Siti Bayu Nasution mengajak sekitar 300-an peserta seminar untuk mencintai danau ini dan bersama-sama melestarikannya.
Kepada wartawan, Ketua CEDRA, Ronald Naibaho menyebutkan, seminar ini merupakan pembuka dari rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan di seputaran Danau Toba, seperti sosialisasi kepada masyarakat tentang pelestarian ekosistem, pembersihan permukaan danau dari sampah, diskusi grup terfokus (FGD) dengan pemkab Simalungun, dan pembuatan bahan sosialisasi.
“Kita mengharapkan masyarakat sekitar Danau Toba semakin mencintai dan memiliki cara pandang yang konstruktif sehingga danau ini kemmbali seperti dulu dan menjadi tujuan wisata utama yang memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar Danau Toba,” demikian Ronald Naibaho. (gas)
0 comments:
Post a Comment