Home » » Tanpa Jembatan Ini, Tidak Ada Itu Pulau Samosir!

Tanpa Jembatan Ini, Tidak Ada Itu Pulau Samosir!

Posted by Indonesia Geopark on Thursday, August 29, 2013

Tanpa Jembatan Ini, Tidak Ada Itu Pulau Samosir!

Fitraya Ramadhanny - detikTravel - Jumat, 30/08/2013 08:01 WIB
Samosir - Semua orang mengenal Samosir sebagai pulau di tengah Danau Toba. Namun, ada wisatawan yang tidak tahu kalau Pulau Samosir terhubung dengan Sumatera lewat sebuah jembatan. Tanpa jembatan itu, tak ada sebutan Pulau Samosir.

Betul! Wisatawan tidak hanya bisa pergi ke Pulau Samosir menggunakan perahu. Ada jalan darat menuju Pulau Samosir lewat daerah Pangururan, di Kabupaten Samosir. Sumatera dengan Pulau Samosir bisa dihubungkan melalui jembatan bernama Tano Ponggol.

Jembatan ini panjangnya tidak sampai puluhan kilometer, melainkan sekitar 20 meter saja. detikTravel mendatangi jembatan ini disela-sela rangkaian acara Garuda Photo Contest pada Rabu (28/8/2013). Jembatan ini adalah satu-satunya jalan darat ke Pulau Samosir.

"Kalau tidak ada jembatan ini, tidak ada itu namanya Pulau Samosir!" kata Pakdian Simbolon (33), warga setempat dalam obrolan dengan detikTravel.

Rupanya, dahulu Pulau Samosir berada dalam satu daratan dengan Pulau Sumatera, berbentuk sebuah tanjung di Danau Toba. Bagian paling sempit dari Samosir adalah di Pangururan, lebarnya hanya sekitar 300 meter. Warga dulu menyeret perahu agar bisa pindah ke sisi Danau Toba yang satunya, daripada harus memutari Samosir.

Nah menurut Pakdian, penjajah Belanda lantas membangun kanal sungai untuk mempertemukan kedua sisi Danau Toba. Perahu bisa lewat dari satu sisi Danau Toba, ke sisi lainnya tanpa memutari Samosir. Dengan kanal itu, terputuslah sudah Samosir dengan dataran Sumatera dan bisa dikatakan telah resmi menjadi sebuah pulau.

"Nggak ada Belanda, nggak jadi ini sungai dan jembatan," kata Pakdian.

Ucapan Pakdian dibenarkan Mahan Sitanggang (53) yang lebih tua. Menurut Mahan, tanah di Pangururan dikeruk Belanda pada 1913 dengan kerja paksa. Maka, jadilah sebuah kanal. Untuk menghubungkan kedua daratan, dibangunlah Jembatan Tano Ponggol.

"Tano Ponggol artinya tanah yang dipenggal, diputus. Tadinya ada tanah, kemudian berubah jadi sungai dan putuslah tanah (Samosir) ini dengan Sumatera," jelas Pakdian.

Dulu jembatan ini hanya menggunakan kayu untuk waktu yang cukup lama. Namun kini Jembatan Tano Ponggol sudah dibeton. "Dulu kayu sekarang dibeton. Dibetonnya tahun 1982," kata Mahan.

Namun, untuk sebuah jembatan yang sangat penting, Jembatan Tano Ponggol tidak terlihat istimewa. Jalanannya berupa aspal kasar, plang besi jembatan ada yang putus dan sungai di bawahnya terlihat mengalami pendangkalan akibat endapan lumpur.

"Iya ini pemdanya tidak jelas. Mestinya sungai ini dikeruk jadi perahu-perahu besar bisa lewat," kata Mahan berkeluh-kesah.

Untuk mencapai jembatan ini, wisatawan dari Medan bisa menaiki mobil angkutan semacam Elf yang disebut Sampri. Sampri sebenarnya nama operator anngkutan itu. Sampri jurusan Medan (Padang Bulan) - Pangururan akan mengantar penumpang dengan perjalanan selama 6 jam dengan ongkos Rp 55.000 per orang.

Seiring matahari terbenam, saya pun meninggalkan Jembatan Tano Ponggol. Sayang sungguh sayang, jembatan seunik ini hanya dibiarkan menjadi menjadi jembatan kampung belaka.

Padahal, dengan perbaikan infrastruktur jalan, sungai dan jembatan, Tano Ponggol bisa dikemas menjadi objek wisata yang menarik. Bayangkan, jembatan sependek ini bisa menghubungkan Pulau Samosir nan luas dengan daratan Sumatera di Danau Toba. Luar biasa!


0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.
.comment-content a {display: none;}